“Call of Duty? Lagi? Meh.”, reaksi yang satu ini memang harus diakui, selalu mengemuka dari mulut banyak gamer setiap kali Activision memperkenalkan seri terbaru Call of Duty ke pasaran. Kritik bahwa Activision terlalu mengeksploitasi franchise yang satu ini secara berlebihan memang menjadi pemandangan umum yang selalu terjadi setiap tahun, dan Activision tidak pernah terlihat ambil pusing. Mengapa? Karena terlepas dari reaksi negatif yang ada, performa penjualan selalu berkata lain. Call of Duty, terlepas apapun serinya, selalu menjadi ladang uang gemuk yang kian mengukuhkan posisi Activision sebagai publisher raksasa yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Walaupun demikian, bukan berarti mereka tidak berbenah diri. Untuk menjaga status dan kualitas Call of Duty sebagai franchise tahunan, Activision kini menunjuk tiga developer berbeda dengan sistem siklus untuk menciptakan inovasi yang memang mutlak dibutuhkan. Salah satu contoh pertama dari sistem ini adalah proyek teranyar dari Sledgehammer Games – Call of Duty: Advanced Warfare.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya sedikit gambaran soal nilai jual seperti apa yang ditawarkan oleh seri terbaru yang satu ini. Disebut-sebut sebagai proyek perdana yang memang dimaksimalkan untuk platform generasi terbaru dan PC, COD – Advanced Warfare memang hadir dengan kualitas visualisasi yang jauh lebih mumpuni dibandingkan seri sebelumnya, namun sayangnya, tidak dengan kualitas yang hadir sejajar dengan game lain yang mengusung status yang sama. Tema perang futuristik yang ia usung memang melahirkan penerapan banyak mekanisme baru, terutama dari penggunaan armor Exoskeleton yang memungkinkan karakter untuk melakukan beragam aksi di luar manusia pada umumnya. Mode multiplayer dan kooperatif juga ditawarkan di seri terbaru yang satu ini.
Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh COD – Advanced Warfare ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah perang tahunan yang tetap seru? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Perang skala global yang bombastis masih menjadi setting utama seri terbaru COD teranyar ini.
Anda akan berperan sebagai Jack Mitchell – seorang Marines yang diperankan oleh voice actor ternama – Troy Baker.
Di tengah perang melawan Korea Utara, MItchell harus kehilangan sahabat karib dan tangan kirinya.
Kondisi cacat tentu saja membuat Mitchell tidak bisa lagi berfungsi maksimal sebagai seorang Marines. Di tengah pemakaman sang sahabat, ia didekati oleh ayah Will Irons – Jonathan Irons yang mengepalai sebuah organisasi militer swasta bernama Atlas. Mengetahui karirnya yang sudah berakhir, Irons mengajak Mitchell masuk sebagai anggota Atlas – dengan iming-iming sebuah tangan buatan robotik yang akan membuatnya kembali berfungsi sebagai seorang manusia normal. Irons ingin memastikan sahabat sang anak ini bisa memaksimalkan potensinya sebagai seorang prajurit.
Adalah Jonathan Irons – ayah dari sahabat Mitchell – Will Irons yang memberikannya kesempatan kedua untuk beraksi kembali. Mendapatkan sebuah tangan robot baru, Mitchell kini bernaung di bawah bendera Atlas – sebuah perusahaan militer swasta.
Kondisi geopolitik dunia pun berubah. Kini sebuah ancaman kelompok teroris bernama – KVA menjadi prioritas utama untuk ditundukkan.
Di bawah sang pemimpin gila bernama Hades, KVA punya misi untuk memundurkan peradaban manusia – menghilangkan ketergantungan besar pada teknologi.
Sayangnya aksi ini cukup terlambat. Hades berhasil menghancurkan reaktor nuklir di berbagai belahan dunia dan melahirkan tragedi global.
Di tengah kepanikan inilah, Atlas muncul sebagai organisasi penyelamat di bawah pimpinan Irons. Menciptakan stabilitas global, menyalurkan bantuan obat-obatan – teknologi – pangan, dan mendapatkan kepercayaan militer secara global.
Lantas, bagaimana sepak terjang Atlas setelah tragedi nuklir tersebut? Motif apa yang sebenarnya mendorong Jonathan Irons untuk “menyelamatkan” dunia?
Kekuatan Call of Duty yang Tak Terbantahkan!
Mode single player selalu menjadi kekuatan tersendiri untuk franchise andalan Activision ini. Tidak terkecuali di COD – Advanced Warfare.
Sepertinya halnya semua game Call of Duty yang selama ini Anda kenal, Advanced Warfare juga tetap mengusung genre sebuah “Corridor Shooter” yang hanya meminta Anda untuk bergerak dari titik A ke titik B, menghabiskan semua musuh yang Anda temui, sembari memastikan diri selamat. Semua jalan yang Anda tempuh memang sudah ditentukan sebelumnya, tanpa ada kesempatan untuk melakukan banyak eksplorasi atau menentukan jalan Anda sendiri. AI yang disematkan juga masih tidak banyak berbeda seperti game-game FPS pada umumnya yang bereaksi lambat dan lebih diposisikan sebagai sponge peluru Anda. Secara garis besar, sensasi dramatis dan epik yang melekat kuat pada franchise ini juga tetap menjadi kekuatan utama di Advanced Warfare. Perang yang tiba-tiba memosisikan Anda sebagai seorang prajurit yang rentan terhadap beragam bahaya, namun selalu menemukan cara untuk menyelamatkan diri.
Corridor Shooter – yang hanya meminta Anda bergerak dari titik A ke titik B tanpa ada alternatif jalan dan kesempatan eksplorasi ala seri-seri COD sebelumnya masih tetap dipertahankan di seri ini.
Tentu saja dengan ekstra dramatisasi di sana-sini yang menjadi kekuatan utama COD. Namun kini, dengan tema futuristik yang tidak hanya sekedar kosmetik, tetapi berpengaruh langsung pada sisi gameplay sendiri.
Meriam laser raksasa? Why not!
Implementasi Drone untuk recon juga kian memperkuat atmosfer futuristik yang ada.
Dua teknologi masa depan yang mampu menghasilkan sedikit sensasi Call of Duty yang berbeda adalah implementasi granat pintar sebagai senjata dan exoskeleton yang menjadi armor utama karakter yang ada. Berbeda dengan granat biasa yang bekerja sangat sederhana, aktifkan – lemparkan – meledak, masa depan di mata Sledgehammer Games melahirkan sebuah granat pintar di tangan Anda. Tidak hanya bisa mengubah fungsinya secara real-time sebelum dilempar – apakah Anda ingin fungsi frag, flash, atau EMP – sesuai situasi yang ada, granat pintar ini juga akan bergerak mengejar dan bukan sekedar diam dilempar, pasrah terhadap energi kinetik yang Anda lontarkan. Fitur kedua tentu saja terletak pada si armor – Exoskeleton yang memungkinkan Anda untuk meraih kekuatan di luar manusia biasa. Tidak sekedar melompat tinggi atau bahkan dua kali berkat booster yang ada, Exoskeleton ini bahkan memungkinkan Anda mengakses beragam fungsi menarik, dari menarik sebuah tameng peluru secara instan, stealth, berlari cepat, hingga bergerak cepat secara instan.
Salah satu visi utama Sledgehammer Games tentang perang di masa depan terletak pada eksistensi exoskeleton yang memungkinkan para prajurit mengakses kemampuan jauh di atas manusia biasa.
Bukan masa depan namanya, jika Anda tidak punya granat pintar yang mampu mengejar targetnya sendiri.
Namun sayang, tidak ada kebebasan untuk mengotak-ngatik kemampuan exoskeleton Anda di mode single player. Ia ditetapkan sesuai cerita yang ada.
Secara garis besar, Call of Duty – Advanced Warfare tetaplah sebuah seri Call of Duty yang selama ini Anda kenal, dengan mekanik gameplaya dasar yang sama tanpa kesempatan untuk melakukan eksplorasi atau menempuh alternatif cara untuk menyelesaikan misi yang ada.
Bahu Membahu Menghadapi Tantangan yang Ada
Exo-Survival: mode kooperatif bersama dengan tiga user lainnya.
Seperti halnya mode-mode survival di sebagian besar game yang ada, Anda “hanya” diminta untuk bertahan hidup selama mungkin di tengah gempuran pasukan musuh yang muncul secara bergelombang. Musuh yang dikenalkan oleh para AI ini memang hadir dengan standar AI single player yang tidak bereaksi cepat, namun kini dengan akurasi tembakan yang lebih mematikan. Hadir dalam jumlah yang masif, ketakutan lebih dimunculkan dari kuantitas mereka dan pola gerak-gerik yang hampir sulit diprediksi. Diminta untuk bertahan di sebuah tempat terbuka, para AI ini bisa dengan mudah menyergap Anda dari sisi mana saja, terutama dari celah yang mungkin tidak pernah Anda prediksi sebelumnya. Berhasil menyelesaikan beberapa gelombang dan mode ini mulai akan memaksa Anda untuk bergerak dan tidak hanya sekedar diam di satu titik – seperti saat Anda dipaksa untuk mencari dan mematikan bomb yang ada misalnya.
Anda harus bertahan hidup dari gelombang musuh yang hadir lebih akurasi tembakan mematikan dengan jumlah banyak yang bisa mengepung Anda dari berbagai sudut. Good luck on that!
Sebelum Anda memulai permainan, Anda akan diminta untuk memilih kelas Exo yang ada terlebih dahulu.
Kesempatan untuk memperkuat efektivitas senjata juga ditawarkan di mode ini.
Percaya atau tidak, Exo-Survival bukanlah mode yang bisa Anda tundukkan dengan mudah tanpa koordinasi yang jelas.
Dang it!
Namun sayangnya, terlepas dari tema futuristik yang ia usung, mode Exo Survival dari COD: Advanced Warfare ini terasa sangat usang dan sama sekali tidak inovatif, apalagi jika mengingat konsep serupa sudah ditempuh banyak kali di seri-seri COD sebelumnya.
Multiplayer Dengan Akses Vertikal Lebih Luas!
Dengan terbatasnya akses exoskeleton di mode single player, multiplayer menjadi ajang untuk menjajal potensi tersebut secara penuh.
Seperti halnya game-game multiplayer FPS pada umumnya, Anda akan dihadapkan pada segudang mode permainan untuk mengakomodasi preferensi gamer yang berbeda. Ada mode Uplink Mode, misalnya, yang mirip dengan mode Catch the Flag di game-game mutliplayer klasik yang meminta Anda untuk memindahkan satu objek tertentu ke tempat lainnya, yang tentu saja akan dihalangi oleh tim lawan. Namun harus diakui, terlepas dari semua mode yang ditawarkan, dua mode standar – Team Deathmatch dan Domination tetap menjadi yang paling favorit – sekaligus menawarkan kesempatan bagi Anda untuk mencicipi sensasi Advanced Warfare yang sebenarnya. Dengan mode yang memuat pertempuran tidak lebih dari belasan orang (standar 12 orang – 6 vs 6), Call of Duty: Advanced Warfare tidak banyak berubah dibandingkan seri-seri sebelumnya.
Anda masih akan berhadapan dengan mode multiplayer beritme cepat ala game-game COD sebelumnya.
Masih tanpa kesempatan untuk menghancurkan bangunan atau pertempuran kendaraan berat ala Battlefield.
Di beberapa map, Anda akan bertemu dengan kejadian acak yang sayangnya, tidak memberikan pengaruh signifikan dalam pertempuran. Seperti tsunami ini misalnya.
Yang membuatnya berbeda? Tentu saja kehadiran sang armor exoskeleton yang kini membuat medan pertempuran lebih luas secara vertikal, walaupun tetap sama secara horizontal. Exoskeleton ini memungkinkan setiap user untuk melakukan double jump, meraih tempat yang jauh lebh tinggi, dan “memanfaatkan”-nya sebagai bagian dari strategi pertempuran. Exoskeleton ini juga memungkinkan Anda melakukan boost gerakan seketika ke sisi kiri dan kanan, sekaligus melompat lebih cepat ke depan, ketika dibutuhkan.
Exoskeleton memang memberikan pengaruh berbeda di gameplay multiplayer COD: AW. Salah satu yang signifikan adalah kemampuan double jump yang juga berarti – akses vertikal yang lebih luas.
Anda juga bisa menggunakan boost ini untuk melakukan evade ke kiri dan kanan secara instan. Namun sulit untuk dilakukan di tengah terjangan peluru yang siap untuk membunuh Anda dalam hitungan detik.
Kekurangan di mode single player juga dibayar di mode multiplayer ini dengan memberikan kebebasan bagi Anda untuk mengakses variasi fungsi exoskeleton untuk digunakan di dalam pertempuran, bersama dengan senjata dan item yang lain tentu saja. Di luar double jump dan boost gerakan, Anda bisa memilih satu dari antara fungsi keren yang ada – seperti stealth untuk menghilang, mempercepat gerakan, Stim untuk ekstra regenerasi health super cepat, hingga kemampuan untuk melakukan hover ketika melayang. Tentu saja, Anda tidak bisa mengakses kekuatan ini secara terus-menerus mengingat ia akan memakan daya baterai yang terbatas dan tidak bisa diisi ulang. Kebijakan terbaik adalah dengan mengakses kemampuan ini di saat yang memang dibutuhkan, untuk kepentingan strategis yang jelas. Atau untuk bertahan hidup jika memang dibutuhkan.
Anda bisa memilih kemampuan Exo yang ingin Anda gunakan, tentu dengan limitasi tertentu. Cloak engaged!
Sistem Scorestreak dengan akses senjata “khusus” berdasarkan point yang Anda dapatkan sebelum tewas. Rasakan pengalaman badass ketika Anda berhasil mengaktifkan si armor bongsor – Goliath.
Ada segudang variasi senjata, dengan attachment dan perk yang bisa Anda buka setelah kenaikan level atau achievements tertentu.
Salah Satu Tokoh Villain Terbaik!
SPOILERS AHEAD! CAREFUL!
Siapa tokoh antagonis terbaik dari franchise Call of Duty di mata Anda? Jika Anda termasuk gamer yang cukup mengenal franchise ini, maka pilihan pertama mungkin akan langsung jatuh pada sosok Makarov yang menjadi tokoh “sentral” dari trilogi Call of Duty: Modern Warfare. Aksinya di “No Russian” mungkin menjadi yang paling memorable, membuktikan betapa dingin dan tidak mengenal kata komprominya karakter yang satu ini. Makarov siap untuk mehalalkan segala cara untuk menempuh visi jangka panjangnya, yang sayangnya, tidak terlalu jelas dan lebih banyak dihiasi oleh ambisi pribadi yang egois. Satu yang pasti Anda dan kami setuju, Makarov adalah tokoh militan yang berbahaya.
Dengan motif dan kepribadian yang ia miliki, Jonathan Irons pantas masuk ke dalam jajaran salah satu villain COD terbaik.
Look at that beautiful smile!
Kesimpulan
Call of Duty: Advanced Warfare menawarkan kembali alasan mengapa franchise ini begitu dicintai di masa lalu. Kekuatan cerita ala film Hollywood yang kuat, dramatis, dengan ekstra identitas baru yang cukup menyegarkan, membuat seri ini menjadi alasan mengapa Anda perlu kembali mencicipi franchise ini kembali. Tidak istimewa memang, namun setidaknya, untuk sekian lama, Anda akhirnya bisa merasakan sesuatu yang baru dari Call of Duty.
Call of Duty: Advanced Warfare tetaplah sebuah seri Call of Duty tahunan yang menarik untuk dijajal, yang seperti seri-seri pendahulunya, mampu menawarkan sebuah pengalaman game FPS single player yang epik, dramatis, dan sinematik di saat yang sama. Semua hal yang Anda cintai dari franchise ini dihadirkan kembali, kini dengan ekstra kualitas visualisasi yang jauh lebih baik. Implementasi konsep perang futuristik yang ia usung juga tidak terasa berlebihan dan masih masuk dalam koridor yang masih mungkin terjadi di dunia nyata. Walaupun tidak terlalu tampil maksimal di mode single player, namun implementasi teknologi exoskeleton yang ada memang mengubah cara sebuah game Call of Duty – multiplayer disajikan. Memberikan akses vertikal yang lebih baik, pertempuran menjadi lebih dinamis dan sulit untuk diprediksi, apalagi dengan segudang opsi untuk memodifikasi dan menciptakan kelas karakter yang memang cocok dengan gaya Anda bermain. Secara garis besar, ia masih sebuah seri Call of Duty yang Anda kenal, namun dengan penambahan identitas baru yang membuatnya sedikit terasa berbeda, itu saja.
Walaupun demikian, COD: AW masih menyisakan beberapa catatan ekstra yang perlu diperhatikan. Salah satu yang sangat disayangkan adalah absennya kesempatan untuk menciptakan fungsi Exoskeleton Anda sendiri di mode single player yang ada, yang ternyata masih memaksa Anda untuk beraksi sesuai dengan garis cerita yang sudah ditentukan sebelumnya. Catatan lain adalah ketidakcocokan karakter, terlepas dari visualisasi yang ditawarkan. Adalah sebuah keputusan yang cukup absurd bagi kami untuk melihat wajah Troy Baker sebagai visualisasi Mitchell secara langsung, yang notabene, terlalu tampan untuk diceritakan sebagai seorang prajurit yang sudah makan asam garam pertempuran. Rambut indah sunsilk dan aksi perang epik? Kecuali Anda seorang Viking atau Dewa dari mitologi masa lalu, kombinasi ini terasa tidak cocok.
Namun terlepas dari catatan tersebut, Call of Duty: Advanced Warfare menawarkan kembali alasan mengapa franchise ini begitu dicintai di masa lalu. Kekuatan cerita ala film Hollywood yang kuat, dramatis, dengan ekstra identitas baru yang cukup menyegarkan, membuat seri ini menjadi alasan mengapa Anda perlu kembali mencicipi franchise ini kembali. Tidak istimewa memang, namun setidaknya, untuk sekian lama, Anda akhirnya bisa merasakan sesuatu yang baru dari Call of Duty.
Kelebihan
What the? Is that human?
- Peningkatan kualitas visual yang signifikan
- Exoskeleton di multiplayer yang mengubah gaya bermain
- Single player yang tetap epik, dramatis, dan sinematik
- Tokoh antagonis yang memorable
- Visualisasi konsekuensi perang yang lugas
Kelemahan
Terlalu tampan untuk ditanggapi “serius” sebagai seorang prajurit tangguh dengan pengalaman segudang.
- Exoskeleton di single player yang tidak terasa signifikan
- Model karakter yang terasa tidak cocok
- Tidak ada peningkatan AI
- Mode Exo Survival yang tidak terlalu menarik
Tidak cocok untuk gamer: FPS kompetitif yang mengharapkan level kehancuran ala Battlefield atau realistis ala Arma.
Sumber : jagatplay.blogspot.com
No comments:
Post a Comment